Friday, 29 January 2010

Enam aksara untuk dilelong

Senja itu. Langit berbingkai merah.

Sekeping kertas dibawa angin. Di kaki gua, kertas itu jatuh. Gua tunduk dan ambil. Sehelai kertas yang renyuk. Gua buka. Menerpa bau yang sangat hanyir.

“Entah dari tong sampah mana kertas ini datang?” kata mulut gua kat hati gua.

Gua buka kertas yang renyuk dan hanyir itu. Ada tulisan. Dakwatnya seperti berasal dari darah, tapi sudah beku. Lima aksara tercatat di situ;

Aksara 1 : a
Aksara 2 : h
Aksara 3 : A
Aksara 4 : M
Aksara 5 : U
Aksara 6 : r

Aksara-aksara tersebut gua pandang. Sangat tidak konsisten susuk aksaranya. Gua meneka-neka apa yang ada pada aksara itu.

Enam aksara itu gua susun di atas lantai simen yang dingin.

Dan kemudian, bingo! Gua dah dapat menyusunnya.

“Dude, apa lu buat?” tanya pipit itu. Entah dari mana datangnya.
“Gua tengah menyusun aksara-aksara ini,” kata gua.
“Macam menyusun satu silang kata,” gua kata lagi.

“Mmmm…” kata pipit. Sayapnya dikibas-kibas untuk menyeimbangi tubuhnya yang sekepal itu.
“Aku rasa, aku pernah jumpa kertas beraksara enam ini,” kata pipit.

Gua duduk. Mengambil angin dan udara.

“Dulu, beberapa kali aku tersasar ke tong-tong sampah,” kata pipit.
“Di sanalah aku melihat kertas beraksara enam ini,” pipit kata lagi.

Gua diam.
Gua dengar.
Pipit bercerita.

“Dude, aku rasa kau tertinggal beberapa aksara lagi. Ada di belakang kertas itu. Tersembunyi. Kau tak nampak, mungkin,” kata pipit. Macam ada permainan teka-teki.

“Aksara apa?” gua tanya.

“Hahahahaha….” pipit ketawa.
“Nama kau!” kata pipit di celah-celah deraian ketawanya.
“Aksara enam itu telah terdampar dari satu tong sampah ke satu tong sampah. Mungkin dibawa angin. Mungkin ada makhluk yang menjadi tukang bawa.” kata pipit.

Kertas beraksara enam itu sangat hanyir baunya.

Sayup-sayup gua terdengar suara hilaian di serata tempat. Hilaian kemenangan mungkin. Bunyi tangan yang ditepuk-tepuk juga ada di sana.

Memang patut mereka ketawa sebab aksara enam dan aksara gua itu ada dalam tong sampah.

“Selamat pagi,” kata pipit. Pipit terbang lagi

Duhai alam,
Apabila ada makhluk Tuhan yang menjaja, maka percayalah jajaannya tak pernah berhenti!

No comments:

Post a Comment

DAN HUJAN PUN TURUN LAGI.

  D an. Hujan. Pun. Gugur.           Seperti gugurnya hujan, aku juga tak pernah lagi mahu bermimpi tetesnya naik semula mencari awan.    Bi...